Berbicara adalah mengeluarkan, menyusun kata-kata secara
teratur melalui lisan sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Bicara di
sini diartikan sebagai bentuk komunikasi, dengan bicara maka komunikasi dapat
terjalin, Tetapi berkata-kata tanpa artipun sebenarnya bicara juga, hanya saja
belum dimasukan ke dalam kategori komunikasi.
Kemampuan bicara menjadi penting dalam konteks menjalin
hubungan komunikasi dengan orang lain. Dalam perkembangannya, bicara menjadi
lebih ruwet karena ada batasan-batasan etika dan aturannya. Bicara kemudian
terkotak-kotak oleh kepentingan dan maksud-maksud tertentu. Setiap aspek
kehidupan memiliki aturan dan etika tersendiri dalam berbicara.
Faktor utama dalam berbicara adalah bahasa. Makna bahasa
sekarang lebih luas lagi, bukan hanya merujuk pada suku bangsa tetapi sudah merambah
pada disiplin ilmu. Kita sekarang tidak hanya mengenal bahasa jawa, Madura,
Sunda dan sebagainya yang berdasarkan kesukuan, melainkan bahasa ekonomi,
bahasa politik dan sebagainya dalam lingkup disiplin ilmu.
Selanjutnya, dari bahasa tadi mempengaruhi etika dan aturan
bicara. Antara bahasa hukum dan bahasa ekonomi ada aturan dan etikanya sendiri,
seperti halnya bahasa Jawa dan bahasa Sunda yang di dalamnya tidak terpisahkan
oleh adat istiadat dan budaya dari mana bahasa itu berasal.
Dalam pergaulan etika berbicara itu penting, tidak boleh
asal bicara. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan sosial, seseorang biasanya
semakin tinggi pula etikanya dalam berbicara. Kelas pendidikan dan sosial
sering menjadi faktor pembeda dalam berbicara. Antara bahasa tukang becak dan
dosen jelas berbeda. Dan bial dibolak-balik kesannya akan semakin semrawut.
Kesannya akan lain. Seorang dosen dengan strata pendidikan
tinggi rasanya tidak pantas berbicara dengan gaya bahas tukang becak yang
terbiasa kasar, cespleng dan tidak mengenal unggah-ungguh. Sebaliknya, tukang
becak akan menjadi lucu bila memaksakan diri berbicara dengan langgam berbicara
seorang dosen yang cenderung ilmiah dan rumit dicerna orang biasa.
Tujuan utama berbicara adalah membuat lawan bicara mengerti
apa yang dikatakannya. Tidak peduli bahasa apa yang dipakai, punya
ungguh-ungguh atau tidak, yang penting orang yang diajak berbicara menangkap
dengan jelas maksudnya. Tetapi dalam perkembangannya, seiring dengan kemajuan
peradaban, mengerti saja tidak cukup.
Sekarang ini, disamping dapat dimengerti harus pula
mencerminkan etika, termasuk didalamnya adalah unggah-unggah. Apalagi di dunia
timur (oriental)yang sangat menghormati nilai-nilai kesopanan, unggah-ungguh
menjadi faktor yang tak boleh ditinggalkan. Khususnya di masyarakat Jawa,
Unggah-ungga memegang peranan sangat dominan.
Bahkan bahasa yang dipakaipun berlainan antara bicara kepada
orang tua, adik, atasan dan sebagainya. Orang akan semakin dihormati apabila
tahu unggah-ungguh. Dan bila unggah-ungguh itu dilanggar, adat-istiadat sudah
menyiapkan sangsinya. Orang yang tidak tahu sopan-santun dalam berbicara pasti
akan dikucilkan selamanya.
Ingin Bekerja Di Bandara Sebagai Staff Bandara ??
Silahkan Klik http://airlinesbusinesscareer.site123.me/
Info :
No.Telp kantor : 05428530400
No. Hp/Wa : Bu Nidha 082253338136
Bu Indira 082291935482
email :indiraagustin282721@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar